Archive for the ‘ Aqidah ’ Category

Mencintai Rosululloh


Diantara perkara yang wajib kita imani adalah  meyakini Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam sebagai Nabi dan Rosul terakhir, Alloh Ta’alaberfirman :

ماَ كاَنَ مُحَمدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُوْلَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّيْنَ

“Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang diantara kamu, tetapi dia adalah utusan Alloh dan penutup para Nabi” (Qs. Al-Ahzab: 40) Continue reading

Ketika Syi’ah Mengkambinghitamkan Ahlus Sunnah


Berdiskusi atau berdebat dengan orang-orang Syi’ah tampaknya menjadi sesuatu yang membosankan. Karena bila sudah terdesak, ujung-ujungnya mereka mulai mengkambing hitamkan lawan diskusinya. Continue reading

Taat


Mari Berlindung dari Lima Perkara


UMAR bin Khattab pernah berkhutbah dalam suatu kesempatan di musim haji. Beliau berkata, “Wahai manusia, ingatlah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terbiasa meminta perlindungan dari lima perkara. (Beliau berdoa): ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kebakhilan dan kelemahan hati. Aku berlindung kepada-Mu dari usia yang buruk. Aku berlindung kepada-Mu dari fitnah isi hati. Dan, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur.” (Riwayat Ibnu Hibban.

Continue reading

Mendengar Pangkal Selamat, Abai Pangkal Celaka


“DEMI Allah andaikan dia berdiri sampai malam, maka aku tidak akan meninggalkannya kecuali untuk shalat.” Begitulah komitmen Umar Radhiyallahu ‘anhu untuk setia mendengarkan taushiah (nasehat) wanita renta di pinggir jalan. Padahal ketika itu Umar adalah seorang khalifah.

Kisah itu berawal ketika Umar keluar masjid bersama al-Jarud al-‘Abdi dan yang lain. Tiba-tiba ada wanita tua di jalan. Umar kemudian mengucapkan salam kepadanya. Wanita itu pun menjawab salamnya. Dalam riwayat al-Darimi diterangkan bahwa wanita itu kemudian meminta Umar untuk berhenti. Umar pun mendekat dan menundukkan kepalanya demi mendengarkan wanita tersebut berbicara. Selanjutnya wanita itu memberi wejangan, ”Bertakwalah engkau kepada Allah dalam mengurus rakyat. Ketahuilah, barangsiapa yang takut akan ancaman Allah maka yang jauh (hari akhirat) akan terasa dekat. Barang siapa yang takut akan kematian, maka ia akan khawatir kehilangan kesempatan.”

Continue reading

Sayangilah Sesama, Bahkan Termasuk Hewan


KASIH sayang Mukim bersumber dari rahmat Allah Subhanahu Wata’ala. Seorang mukmin adalah sosok manusia yang berjiwa kasih sayang, karena idealismenya adalah berbudi (berakhlaq) dengan akhlaq-akhlaq Allah Subhanahu Wata’ala.

Di antara akhlaq-akhlaq ilahiyah adalah (rahmat) kasih sayang yang meliputi segala-galanya, meliputi kafir dan mukmin, orang baik dan jahat, meliputi juga dunia dan akherat.

Rasulullah dengan rasa rahmat ini memperlakukan sahabat-sahabatnya dan dalam berbagai kesempatan beliau beliau selalu menanamkan rasa kasih sayang ini (rahmat) kepada sahabat-sahabatnya.

Continue reading

Kisah Taubatnya Tiga Wanita Syiah


Bismillahirrahmaanirrahiem, semoga shalawat dan salam tercurah atas Nabi dan Rasul termulia, junjungan kami Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Ya Allah, kepada-Mu kami berlindung, kepada-Mu kami memohon pertolongan dan kepada-Mu kami bertawakkal. Engkaulah Yang Memulai dan Mengulangi, Ya Allah kami berlindung dari kejahatan perbuatan kami dan minta tolong kepada-Mu untuk selalu menaati-Mu, dan kepada-Mu lah kami bertawakkal atas setiap urusan kami.

Continue reading

Aqidah Syi’ah Mencela Sahabat = Mencela Qur’an = Mencela Hadits = Mencela Allah = Mencela Nabi = Mencela Ahlul Bait


Mencela, melaknat dan mengkafirkan para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ibadah yang sangat mulia di sisi kaum yang beragama Syi’ah. Kalau dahulu mereka bertaqiyah (baca berdusta) menyembunyikan aqidah busuk mereka terhadap para sahabat, akan tetapi kebusukan mereka itu terungkap juga, bahkan mulai banyak dari tokoh-tokoh mereka yang terang-terangan mencaci maki dan melaknat para sahabat,

Continue reading

Mengapa Saya Keluar dari Syiah


Sayyid Husain Al-Musawi bukanlah nama yang asing di kalangan Syiah. Beliau adalah seorang ulama besar Syiah kelahiran Karbala dan belajar di ‘Hauzah’ hingga mendapatkan gelar mujtahid dari Sayyid Muhammad Husain Ali Kasyif al-Ghitha’. Selain itu dia juga mendapatkan posisi yang istimewa di sisi Imam Ayatullah Khomeini.

Setelah melalui pengembaraan spiritual yang panjang, akhirnya Sayyid Husain mendapatkan hidayah dari Allah Swt. Beliau menemukan banyak sekali kesesatan dan penyimpangan dalam ajaran Syiah yang selama ini dianutnya. Hingga dia pun memutuskan keluar dari Syiah, masuk ke dalam Ahlus Sunnah dan kemudian menulis buku “LilLah tsumma Li at-Tarikh”. Buku itu telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan dengan judul “Mengapa Saya Keluar dari Syiah”, oleh Pusataka Al-Kautsar, Jakarta.

Continue reading

Membedah Kesesatan Syiah Dengan Cara Yang Paling Sederhana



Underground Tauhid – Secara bahasa, Syiah berarti pengikut, kelompok atau golongan. Secara terminologi berarti satu aliran dalam Islam yang meyakini Ali bin Abi Thalib dan keturunannya adalah imam-imam atau para pemimpin agama dan umat setelah Nabi Muhammad saw. (Ensiklopedi Islam, PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, Th 1997, Cet 4, Juz 5). Para penulis sejarah tak ada yang sepakat mengenai awal lahirnya sekte Syiah. Hanya bisa disimpulkan ada tiga pendapat yang menonjol menurut ulama Syiah.

Pertama, Syiah lahir sebelum datangnya risalah Muhammad saw. Al-Kulaini dari Abil Hasan meriwayatkan, “Wilayah Ali tertulis di seluruh suhuf para Nabi. Allah tidak mengutus Rasul kecuali dengan (misi) kenabian Muhammad saw dan wasiat Ali as,” (Muhammad bin Ya’kub al-Kulaini, al-Ushul Minal Kafi, Juz I).

Kedua, Syiah lahir pada masa Nabi masih hidup. Pendapat ini dilansir oleh al-Qumi, al-Nubakhti dan ar-Raji. (Dr Nashir al-Qufari, Ushul Madzhab Syiah Imamiyah, tanpa cetakan, th. 1415 H/1994 M, Cet. 2). Pendapat ini sulit dibuktikan, karena pada masa Abu Bakar dan Umar saja tak dikenal adanya pengikut Syiah.

Ketiga, pendapat yang umumnya diketengahkan banyak para penulis bahwa Syiah lahir setelah terjadi fitnah pembunuhan Utsman. Pendapat yang paling menonjol bahwa Syiah baru muncul ke permukaan setelah kemelut antara pasukan Ali dan Muawiyah. (Ensiklopedi Indonesia, Juz 6 Lihat: Abdullah bin Saba’, Dr Sulaiman al-Audah).

Continue reading